TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Pertaruhan Terakhir {9}



Pertaruhan Terakhir {9}

0Semua yang ada di sana terdiam, saat dua kilatan cahaya muncul dengan sempurna. Cahaya putih dan cahaya hitam yang menyala dengan sangat menyilaukan dan nyata. detuman pedang yang berdegup sempurna, tampak sangat membuat semua yang ada di sana cukup peka sambil menutup telinga mereka yang terasa sakit luar biasa. Bahkan banyak Dayang dan prajurit yang mengeluh, telinga mereka mengeluarkan darah dengan sempurna, membuat Jiang Kang Hua langsung membuat perlindungan kepada telinga mereka. suara detuman itu memang tak terelakan, seperti petir yang terus menyambar-nyambar dengan sangat nyata. bagaimana bisa, dua Pangeran Kerajaan Langit bertaruh nyawa dengan sangat mengerikan seperti ini? sebuah hal yang tidak bisa untuk dibiarkan oleh siapa pun juga. bahkan siapa pun kelak yang menang, atau pun yang kalah keduanya tidak ada yang bisa berbangga hati. Hukuman ada di depan mata, reinkarnasi atau malah diberi hukuman seperti apa yang telah dirasakan oleh Chen Liao Xuan terdahulu mungkin bisa dirasakan lagi.     
0

Jiang Kang Hua hanya bisa menahan napas, pun dengan Li Zheng Xi, sebuah hal yang membuat keduanya agaknya takut bukan main. Mereka tak pernah berharap yang terburuk untuk Chen Liao Xuan, tapi mereka juga takut kalau sampai Chen Liao Xuan membunuh Xie Ming Zhen maka Chen Liao Xuan akan menerima hukuman yang tak bisa untuk dimaafkan. Sebuah dosa karena telah membunuh kakaknya, dan yang lebih dari itu adalah sebuah dosa karena telah membunuh ibunya.     

"Panglima Jiang, bukankah kau sering memanggil Dewa Li?" kata Li Zheng Xi pada akhirnya. Jiang Kang Hua tampak terdiam, kemudian dia memandang Li Zheng Xi dengan mimik wajah bingungnya itu. bagaimana dia tidak bingung, dia benar-benar tak paham dengan apa yang akan diminta oleh Li Zheng Xi kepada dirinya. Sebab apa pun yang terjadi, bukanlah hal baik melainkan hal yang hanya akan membuat semuanya menjadi lebih rumit. "Jadi, pergilah panggil Dewa Li. Setidaknya kalau ada Dewa Li kita tak perlu merasa cemas akan Putra Mahkota. Sekarang ini yang kita butuhkan adalah saksi, sebab Raja Langit bukanlah jenis Raja yang akan percaya begitu saja dengan ucapan makhluk rendah seperti kita. kita adalah iblis, dia malah akan menertawakan kita dan mengatakan jika kita pendusta. Kalau Dewa Li yang datang langsung kesini dan melihat jika naga suci juga datang bersama dengan Putra Mahkota, Raja Langit pasti akan langsung percaya. Sebab satu-satunya sosok yang paling dipercayai oleh Raja Langit adalah Dewa Li, lebih dari apa pun itu."     

"Tapi—"     

Ucapan Jiang Kang Hua terhenti, saat gelegar guntur kembali terdengar, dari arah bukit terlihat seekor naga hitam terbang dengan cara yang sangat mengerikan. Naga tersebut terus mengeluarkan api dan membakar apa pun yang ada di sekitarnya. Melihat hal tersebut, Li Zheng Xi, Jiang Kang Hua, dan Perdana Menteri Jian langsung bergegas menyelamatkan Lim Ming Yu beserta dengan Chen Ming Tao dengan para Dayang dan prajurit yang tersisa. Mereka berteriak ketakutan, berlarian bahkan seperti nyamuk-nyamuk kecil yang berterbangan dan bertabrakan dengan sangat sempurna. Ketakutan akan diri mereka yang mungkin akan mati dan mencari perlindungan tanpa peduli dengan yang lainnya.     

"Ini benar-benar gila! Bahkan naga abadi pun keluar juga dari sarangnya. Apakah ini yang dimaksud dengan kiamat? Ketika kedua naga sekarang saling beradu? Naga suci dan naga abadi yang terkenal akan yang paling putih dan yang paling hitam, dari kebenaran dan dari kegelapan. Kita harus melakukan sesuatu!" teriak Perdana Menteri Jian.     

Jiang Kang Hua memang sekarang tak bisa untuk berbuat banyak, dia harus mencari Li Qian Long sebelum semuanya terlambat, dia tidak mau kalau sampai Chen Liao Xuan sampai terluka. Itu adalah pokok utamanya sekarang.     

"Penasihat Li, Perdana Menteri Jian. Tolong lindungi selalu Selir Lim dan juga Putra Mahkota kecil. Aku akan mencoba untuk menyelinap ke bukit tertinggi untuk memanggil Dewa Li. Jika kita tidak bergerak cepat, kalah maupun menang, Yang Mulia Raja akan tetap dalam keadaann tidak diuntungkan sama sekali,"     

Semuanya pun langsung mengangguk, sementara itu, Chen Ming Tao pun menangis dengan begitu kencang. Lim Ming Yu tampak kaget bukan main melihat putranya tampak sangat gelisah dan menangis dengan sekencang itu.     

"Tao, kau kenapa, Sayang? kenapa kau terus menangis? Tenanglah, semua ini akan segera berakhir. Yang Mulia Raja pasti akan menyelamatkan kita, Yang Mulia Raja pasti akan melidungi kita," lirih Lim Ming Yu yang mulai ketakutan.     

Prank!     

Blum!!     

Semua yang ada di sana kembali terkejut saat pedang it uterus berbunyi dengan sangat nyata, dan dua naga itu tampak saling menyerang dengan begitu sengit dan juga mengerikan. Siapa yang bisa untuk bertahan maka dialah yang akan menjadi pemenang, menjadi Raja utama dari jagad raya yang akan menghancurkan semuanya itulah yang terjadi bagaimanapun caranya.     

Sementara itu di sisi lain, Raja Langit tampak menekan dadanya. Gelang giok yang berukirkan naga terbuat dari emas itu pun tampak menyala kemerahan. Dia tampak mengerutkan keningnya kemudian kembali menekan dadanya dengan begitu dalam.     

"Suamiku, apa yang terjadi? kenapa kau tampak resah dan tampak kesakitan? Apa yang terjadi kepada dirimu? Apa yang terjadi? apakah kau sakit atau sedang dalam keadaan tak enak badan?" tanya Ratu Langit yang agaknya merasa tidak enak hati sama sekali dengan apa yang terjadi kepada suaminya.     

"Tidak, Istriku. Rasa sesak yang ada di dadaku ini bukan karena aku sakit atau apa pun. melainkan karena banyak hal, salah satu hal itu adalah karena satu benda yang aku berikan kepada cucu kita yang ada di istana iblis."     

"Maksudmu? Apakah cucu pertama kita sedang tidak enak badan?"     

"Lebih tepatnya di sekitarnya kemungkinan besar sedang dalam kondisi yang bahaya. Sebab cucu kita ini memiliki sifat yang seperti putra kita, dia tidak akan menangis dan menunjukkan ketakutan jika di sekitarnya tidak ada bahaya besar, dan dari apa yang aku rasakan sepertinya bahaya itu lebih besar dari pada apa pun yang ada di muka bumi ini. sepertinya aku harus melihat sendiri tentang apa yang terjadi di danau kehidupan,"     

"Aku ikut!"     

Keduanya pun melangkah dengan terburu, mendekati sebuah kolam kecil yang terus mengeluarkan asap. Raja Langit tampak memejamkan matanya dan membaca mantra melihat apa yang terjadi di sana, dan betapa kaget dia saat melihat kedua putranya sedang berperang dan seolah ingin saling bunuh, dan di atas kedua putranya ada naga suci dan naga abadi yang tampak berperang juga. sebuah kejadian yang berada di atas nalar yang membuat Raja Langit nyaris ambruk karenanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.